
Melangkah Bersama: Memahami dan Merangkul Kesehatan Jiwa untuk Indonesia yang Lebih Sehat
Oleh : Indrawati Morriz, NLP
Seringkali kita sibuk menjaga kesehatan fisik, mulai dari pola makan, olahraga, hingga istirahat yang cukup. Namun, seberapa sering kita benar-benar berhenti sejenak dan bertanya, "Bagaimana kabar jiwa kita hari ini?". Penting untuk menyadari bahwa menjaga kesehatan jiwa sama krusialnya dengan menjaga kesehatan fisik. Sama seperti tubuh yang bisa sakit dan butuh perawatan, jiwa kita juga bisa mengalami kelelahan, tekanan, atau bahkan luka yang membutuhkan perhatian dan penanganan yang tepat. Mengabaikan kondisi ini dapat berdampak serius pada kualitas hidup, hubungan sosial, dan produktivitas kita sehari-hari. Oleh karena itu, mengenali dan merawat kesehatan jiwa bukanlah pilihan, melainkan sebuah kebutuhan esensial bagi setiap individu. Peningkatan kesadaran akan kesehatan jiwa adalah langkah awal untuk menciptakan masyarakat yang lebih suportif dan berempati. Kesadaran ini dimulai dari pemahaman bahwa kesehatan jiwa sama pentingnya dengan kesehatan fisik. Seringkali, kita cenderung mengabaikan tanda-tanda stres, kecemasan, atau depresi, menganggapnya sebagai kelemahan pribadi yang bisa diselesaikan sendiri.
Gangguan mental adalah masalah kesehatan yang memengaruhi proses kognitif, emosional, dan perilaku seseorang, serta cara mereka berinteraksi dengan lingkungan sosial. Kondisi ini dapat berkisar dari kategori ringan hingga berat dan memiliki potensi untuk mengganggu fungsi sehari-hari serta menurunkan kualitas hidup. Gangguan mental harus diperlakukan sebagai kondisi medis yang memerlukan penanganan yang tepat, bukan sekadar kelemahan karakter yang bisa diabaikan (Radiani, 2019). Sedangkan pengertian depresi adalah suatu keadaan abnormal yang menimpa seseorang yang diakibatkan ketidakmampuan beradaptasi dengan suatu kondisi atau peristiwa yang terjadi sehingga mempengaruhi kehidupan fisik, psikis maupun sosial seseorang (Indriyono, 2017). Dalam penelitian Kevin, dkk (2024) menyebutkan bahwa tanda- tanda depresi, sebagai berikut :
- perasaan depresi;
- kehilangan minat atau kesenangan;
- penurunan energi, perasaan bersalah atau rendah diri;
- sulit tidur atau nafsu makan berkurang;
- perasaan kelelahan;dan
- kurang konsentrasi.
Mengenali dan mengakui kondisi ini adalah gerbang pertama menuju pemulihan. Pengetahuan mengenai kesehatan jiwa harus diinformasikan ke khayalak umum bukan sebagai topik tabu, melainkan sebagai bagian esensial dari kesejahteraan manusia. Hal ini bisa dilakukan melalui seminar, atau kampanye media sosial, yang mengajarkan cara-cara sederhana mengenali gejala awal gangguan kesehatan jiwa pada diri sendiri dan orang lain. Dengan demikian, kita dapat membangun fondasi yang kuat di mana setiap individu merasa nyaman untuk membicarakan perjuangan internal mereka tanpa rasa takut dihakimi. Lingkungan yang terbuka ini akan mendorong lebih banyak orang mencari bantuan professional. Keterbukaan ini juga akan menumbuhkan rasa kebersamaan, di mana setiap orang saling peduli dan mendukung satu sama lain dalam perjalanan kesehatan jiwa mereka.
Salah satu hambatan terbesar dalam penanganan kesehatan jiwa adalah stigma yang masih melekat kuat di masyarakat. Stigma ini sering kali memicu diskriminasi dan isolasi, membuat individu yang berjuang merasa malu dan sendirian. Stigma mematahkan semangat mereka untuk mencari bantuan, karena takut dicap "gila" atau "lemah" oleh orang sekitar. Untuk mematahkan stigma ini, kita harus memulai percakapan yang jujur dan berani. Cerita-cerita pribadi dari para penyintas atau tokoh publik yang berbagi pengalaman mereka adalah hal yang dapat dilakukan untuk mematahkan stigma ini. Kisah-kisah ini menunjukkan bahwa masalah kesehatan jiwa bisa menimpa siapa saja, tanpa memandang latar belakang, kekayaan, atau status sosial. Dengan menormalisasi pembicaraan tentang kesehatan jiwa dan memberanikan diri untuk mencari bantuan, kita dapat secara bertahap meruntuhkan tembok stigma tersebut.
Setelah kesadaran terbangun dan stigma mulai memudar, langkah selanjutnya adalah panduan praktis yang mudah diakses dan diterapkan. Panduan ini tidak harus rumit atau mahal, melainkan berfokus pada langkah-langkah nyata yang bisa dilakukan sehari-hari. Misalnya, panduan bisa mencakup teknik pernapasan sederhana untuk mengelola stres, cara memproses emosi, atau tips untuk menjaga rutinitas tidur yang sehat. Mencari dukungan dari profesional, seperti psikolog atau psikiater, bukanlah tanda "gila" atau aib, melainkan sebuah tindakan yang sangat berani dan merupakan wujud kepedulian terhadap diri sendiri. Oleh karena itu, mari kita pahami bersama bahwa setiap individu berpotensi mengalami tantangan kesehatan jiwa. Gangguan kesehatan jiwa adalah kondisi medis yang nyata dan kompleks, sama halnya dengan penyakit fisik lainnya, yang disebabkan oleh interaksi berbagai faktor biologis, psikologis, dan sosial. Hal penting yang perlu ditekankan bahwa mencari bantuan bukanlah tanda kegagalan, melainkan tindakan proaktif yang menunjukkan kekuatan dan komitmen terhadap kesejahteraan diri. Panduan praktis ini akan memberdayakan individu untuk mengambil kendali atas kesehatan jiwa mereka sendiri, mengubah rasa putus asa menjadi tindakan nyata dan penuh harapan.
Setelah memahami tentang gangguan kesehatan jiwa dan pentingnya penanganan yang tepat, jangan ragu untuk mencari bantuan profesional. Ingatlah bahwa kesehatan mental sama pentingnya dengan kesehatan fisik. RSUD Bali Mandara siap mendukung perjalanan pemulihan Anda melalui layanan Poliklinik Psikologi yang komprehensif. Untuk melakukan reservasi dan mendapatkan layanan konseling serta penanganan lebih lanjut, silakan klik tautan pendaftaran berikut: https://pendaftaran.balimandarahospital.com/ atau melalui mobile JKN.
Referensi :
Hadi, I., Fitriwijayati, Devianty, R., & Rosyanti, L. (2017). Gangguan Depresi Mayor (Major Depressive Disorder) Mini Review. Health Information : Jurnal Penelitian, 9(1), 25–39.
Radiani, W. A. (2019). Kesehatan Mental Masa Kini dan Penanganan Gangguannya Secara Islami. Journal of Islamic and Law Studies, 3(1), 87–113. http://jurnal.uin antasari.ac.id/index.php/jils/article/view/2659%0Ahttps://jurnal.uin-antasari.ac.id
Vitoasmara, K., Hidayah, F. V., Purnamasari, N. I., Aprillia, R. Y., & Dewi A, L. D. (2024). Gangguan Mental (Mental Disorders). Student Research Journal, 2(3), 57–68. https://doi.org/10.55606/srjyappi.v2i3.1219